Text
Mereka Mengeja Larangan Mengemis
Jenis Bahan Monograf
Judul Cerpen pilihan Kompas 2019 : mereka mengeja larangan mengemis / editor, Herlambang Jaluardi
Judul Asli
Pengarang Herlambang Jaluardi (editor)
Ahmad Tohari, 1948- (pengarang -) - (Mereka mengeja larangan pengemis)
Gunawan Maryanto, 1976- (pengarang -) - (Minuman buat para penyair)
Rizqi Turama, 1990- (pengarang -) - (Mek mencoba menolak memijit)
Made Adnyana Ole (pengarang -) - (Hyang ibu)
Ahda Imran, 1966- (pengarang -) - (Pembunuh terbaik)
Miranda Seftiana, 1966- (pengarang -) - (Semangkok perpisahan di meja makan)
Putu Wijaya (pengarang -) - (Wkyat)
Seno Gumira Ajidarma, 1958- (pengarang -) - (Musim politik)
Putu Oka Sukanta, 1939- (pengarang -) - (Mba Mar)
Raudal Tanjung Banua, 1975- (pengarang -) - (Bumbu-bumbu menghilir)
Indra Tranggono, 1960- (pengarang -) - (Di atas tanah retak)
Triyanto Triwikromo (pengarang -) - (Mati setelah mati)
Budi Darma (pengarang -) - (Tamu)
Zainul Muttaqin, 1991- (pengarang -) - (Celurit di atas kuburan)
Meutia Swarna Maharani, 2001- (pengarang -) - (Mata dibalas mata)
Novka Kuaranita, 1988- (pengarang -) - (Dua belas jam di hari Sabtu)
Sandi Firly (pengarang -) - (Suatu malam, ketika puisi tak mampu ia tulis lagi)
Lina PW (pengarang -) - (Ramin tak kunjung pulang)
Agus Noor (pengarang -) - (Kisah cinta perempuan perias mayat)
Penerbitan Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2020
© 2020, PT Kompas Media Nusantara
Deskripsi Fisik xxii, 240 halaman : ilustrasi ; 21 cm
Jenis Isi teks
Jenis Media tanpa perantara
Jenis Wadah volume
ISBN 9786232414969
Subjek Cerita pendek Indonesia - Kumpulan
Abstrak Dua puluh cerpen dalam buku ini merupakan hasil pemilihan dari 51 cerita yang terbit setiap hari Minggu di harian Kompas selama setahun, sejak 6 Januari sampai29 Desember 2019. Makna cerpen dan relevansinya dalam kontek kehidupan zaman sekarang menjadi poin pendukung. Karya kisah-kisah pendek itu adalah semacam pengolahan ulang atas peristiwa sehari-hari. Kematian sebagai realitas tak terelakkan, menjadi tema sebagain besar cerpen yang dikirim para penulis dalam berbagai rupa dan cara. Ini menegaskan bahwa maut beredar di dekat kita. Sebagai potret zaman, sejumlah cerpen memaparkan perubahan sosial di masyarakat terkini. Kisah asmara tidak lagi jadi hak mutlak gender, namun peliknya romansa telah menjadi milik semua orang.
Catatan Isi : Mereka mengeja larangan pengemis/Ahmad Tohari -- Minuman buat para penyair/Gunawan Maryanto -- Mek mencoba menolak memijit/Rizqi Turama -- Hyang ibu/Made Adnyana Ole -- Pembunuh terbaik/Ahda Imran -- Semangkok perpisahan di meja makan/Miranda Seftiana -- Wkyat/Putu Wijaya -- Musim politik/Seno Gumira Ajidarma -- Mba Mar/Putu Oka Sukanta -- Bumbu-bumbu menghilir/Raudal Tanjung Banua -- Di atas tanah retak/Indra Tranggono --Mati setelah mati/Triyanto Triwikromo -- Tamu/Budi Darma -- Celurit di atas kuburan/Zainul Muttaqin -- Mata dibalas mata /Meutia Swarna Maharani -- Dua belas jam di hari Sabtu/Novka Kuaranita -- Suatu malam, ketika puisi tak mampu ia tulis lagi/Sandi Firly -- Ramin tak kunjung pulang/Lina PW -- Kisah cinta perempuan perias mayat/Agus Noor
Tidak tersedia versi lain